Kampus Pabrik Pencetak Pengangguran?

Kampus

Menjadi seorang mahasiswa dan lulus menjadi sarjana merupakan impian banyak orang, pasalnya Lebel sarjana menandakan bahwa seseorang berilmu dan masa depan yang cerah, tetapi fakta dilapangan sungguh menyuramkan tidak seperti persepsi banyak orang pikirkan selama ini.

Banyak lulusan kampus menjadi sarjana malah menganggur, hal tersebut dapat kita lihat dari data yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (kemendikbudristek) terdapat 1.120.128 orang lulusan perguruan tinggi terhitung menjadi pengangguran pada 2022, 235.559 lulusan perguruan tinggi vokasi dan 884.759 lulusan perguruan tinggi akademik.

Dari data tersebut jelas bahwa kampus hanya mendesain manusia-manusia yang lulus menjadi sarjana untuk menjadi pengangguran saja, lulusan sarjana yang tidak siap pakai, kualitas para lulusan yang tidak cocok dengan kebutuhan dunia kerja, para lulusan tersebut tidak memiliki kompetensi dan kognitif yang cukup untuk memenuhi standar persyaratan yang diperlukan rekrutmen tenaga kerja.

Miskin Keterampilan

Mau sepakat atau tidak hari ini banyak sekali pengangguran yang terpelajar, hal ini sungguh sangat ironis dan sangat memperhatikan, pasalnya pengangguran saat ini mereka mempunyai legitimasi tinggi dikalangan masyarakat, banyak lulusan perguruan tinggi yang sudah menjadi sarjana tidak memiliki bekal yang cukup tidak memiliki kemampuan, sehingga ketika lulus mereka bingung mencari pekerjaan dan ahirnya harus menganggur.

Sungguh ironis sekali melihat fenomena seperti ini, karena momok banyaknya sarjana yang menganggur membuat negatif thinking dikalangan mahasiswa takut untuk cepat lulus dan menjadi sarjana, pasalnya gelar sarjana merupakan tanggung jawab moral yang besar dikalangan masyarakat, mahasiswa merupakan Lebel orang yang berilmu apa jadinya orang yang berilmu malah tidak memiliki pekerjaan.

Beban moral tersebut menjadi malapetaka sarjana saat ini, ada sebuah penelitian dari vocation education development center di Jawa timur pada penelitian itu menjelaskan bahwa para lulusan perguruan tinggi kebanyakan dari mereka tidak memiliki keterampilan khusus, kebanyakan dari pada lulusan perguruan tinggi hanya mengetahui dan menguasai bidang ilmu yang terbatas, akibatnya begitu lulus mereka hanya mencari pekerjaan dan tidak bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Pengangguran dan Persimpangan Pendidikan

Permasalah pendidikan dan dunia kerja sangatlah rumit, permasalahan ini sudah menjadi penyakit kronis di Indonesia, seharusnya pendidikan didesain untuk kebutuhan dunia kerja, sehingga ketika lulus para sarjana memiliki arah yang jelas untuk melanjutkan karir kehidupannya.

Tapi nyatanya banyak lulusan sarjana malah menganggur dan kalaupun mereka berkerja banyak dari mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang disiplin ilmu mereka ambil ketika berada di perguruan tinggi, pada tahun 2021 Kemendikbudristek Nadiem Makariem mengungkapkan mayoritas sarjana di Indonesia bekerja tidak sesuai dengan program studi yang mereka jalanin.

Ungkapan tersebut diperkuat dengan data dari hasil poling yang dilakukan oleh kumparan pada 4 April 2023, total ada 2.527 responden yang memberikan pendapatnya. Sebanyak 1.305 atau 51,64% tidak bekerja sesuai program studi yang mereka ambil di perguruan tinggi.

Jadi bagaimana bisa para lulusan perguruan tinggi kita dicetak dengan miskin Keterampilan, pasalnya didunia kerja mereka tidak membutuhkan pelamar yang bermodalkan ijazah, melainkan perusahaan menuntut pelamar memiliki kemampuan soft skill, apalagi sekarang dunia sudah bergerak ke era digitalisasi.

Padahal jelas didalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 pada bab XIII, seluruh perguruan tinggi harus terakreditasi. Karena kampus merupakan pabrik pencetak sarjana harus membuat langkah yang cerdas dan strategis. Dapat di artikan bahwa mutu perguruan tinggi sangat mempengaruhi kualitas lulusannya. Maka dari pada itu sudah menjadi keharusan bagi kampus untuk mengupgrade kualitas pendidikannya untuk meminimalisir pengangguran terdidik.

Karena mau bagaimanapun apabila ketidakselarasan dunia pendidikan dan dunia kerja terus diabaikan hal ini akan terus melahirkan pengangguran terdidik secara terus menerus, maka dari pada itu harus ada upaya serius dalam menyelesaikan masalah ini,salah satunya para pemangku kebijakan harus mulai memikirkan link and match.

Membuat lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan yang unggul sehingga mereka dapat diterima didunia kerja dan mereka juga dapat melakukan inovasi untuk membuka lapangan pekerjaan, sehingga jelas output dari pendidikan merupakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Tulisan ini Oleh : Danu Abian Latif / Founder Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa

Slide Up
x
adbanner