Generasi Muda : Memasuki Babak Baru Menuju Era Baru

Generasi Muda

Generasi Muda – Tanpa kita sadari, cara kerja dunia berubah dan terus berubah. Perubahan selalu hadir memunculkan sebuah inovasi untuk lebih memudahkan segala kebutuhan manusia. Sejauh saya hidup saja, kurang lebih 25 tahun ini, aneka perubahan itu banyak sekali muncul, silih berganti dan hadir merubah segalanya, pembaruan yang muncul selalu saja tergantikan dengan pembaruan inovasi hal-hal yang baru.

Saya tidak ingat umur saya dan tahun berapa saat itu, yang saya ingat saat itu masih sekitar era tahun 2000-an ingatan mengenai warung telepon (Wartel) yang saat itu masih sangat populer dengan bilik komunikasi nya masih melekat hingga sekarang. Saat itu masih zamannya Wartel yang berada di puncak popularitas. Biasanya kalau hari minggu tepat saya libur sekolah, kalau ayah ingin berkomunikasi dengan keluarga nya di kampung, saya pasti di ajak pergi ke Wartel.

Saya menyadari baru-baru ini ketika menulis tulisan ini, entah sejak kapan Ayah tak pernah lagi mengajak saya ke Wartel dan sejak kapan Wartel sudah tidak menjadi primadona popularitas lagi. Tapi saat itu tanpa saya sadari, ayah sudah mulai menggunakan telepon genggam (Ponsel) nya untuk berkomunikasi.

Tidak lama setelah itu, kira-kira sekitaran tahun 2009-an warung internet (Warnet) mulai masuk ke daerah kami, ketika itu saya masih berada di bangku sekolah dasar (SD), dengan mesin pencarian Yahoo, Media Sosial (Medsos) seperti Facebook (FB) dan Game online mulai kami kenal serta mulai menjadi primadona popularitas dikalangan anak muda kala itu. Beberapa tahun kemudian, ponsel berkembang menjadi lebih canggih dan lebih terjangkau yang disebut smartphone. Warung internet (Warnet) mulai tertinggal.

Sekarang setiap orang sudah dapat menjangkau kecanggihan teknologi dengan perangkat telepon pintar (smartphone) mereka masing-masing. Penyediaan internet mulai dari operator seluler maupun tempat-tempat umum penyedia jaringan seperti warkop, cafe, sekolah, kampus, kantor, dll. untuk terhubung ke dunia yang lebih luas pun dengan mudah kita dapatkan melalui perangkat ini.

Generasi ke generasi terus berubah, dituliskan dari laman Beresford Research menggunakan data dari Pew research center dan biro sensus AS: mulai dari generasi Perang Dunia II yang lahir pada tahun 1922-1927 sekarang berumur 96-101 tahun, generasi Pasca Perang yang lahir pada tahun 1928-1945 sekarang berumur 78-95 tahun, generasi Boomer I yang lahir pada tahun 1946-1954 sekarang berumur 69-77 tahun, generasi Boomers II atau generasi Jones yang lahir pada tahun 1955-1964 sekarang berumur 59-68 tahun, generasi X yang lahir pada tahun 1965-1980 sekarang berumur 43-58 tahun, generasi Y atau generasi milenial yang lahir pada tahun 1981-1996 sekarang berumur 27-42 tahun, dan generasi Z yang lahir pada tahun 1997-2012 sekarang berumur 11-26 tahun.

Perubahan generasi ke generasi silih berganti, bahkan transformasi inovasi dan teknologi sejak itu terus berkembang menjadi semakin maju dari masa ke masa maupun generasi ke generasi. Tanpa kita sadari secepat ini semua perubahan-perubahan itu terus terjadi. Teknologi pun semakin tumbuh dan berkembang pesat di dunia. Peradaban manusia sudah semakin maju dan canggih, dalam perkembangan dunia saat ini pun, mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan dunia yang serba digitalisasi.

Bahkan kita tidak tau perubahan apa yang akan hadir dimasa yang akan datang, karna setiap generasi pasti akan melahirkan setiap perubahan dan transformasi peradaban. Belum lagi kedepan dengan munculnya Generasi Alpha yang lahir mulai dari tahun 2012-sekarang dan ini belum terdeteksi perubahan apa yang akan mereka bawa kedepan.

Dari segala histori yang kita lalui, mulai dari sebelum kemerdekaan, perjuangan kemerdekaan, bahkan setelah merdeka setiap perubahan selalu lebih dekat dan hadir melalui generasi muda. Entah kenapa secara secara insting alamiah nya, generasi muda seperti punya kekuatan khusus yakni memiliki kesadaran yang lebih baik untuk mampu lebih dekat dan sanggup membaca setiap perubahan maupun potensi ancaman-ancaman yang terjadi dimasa yang akan datang. (Baca Theconversation.com: Sepanjang sejarah, angkatan muda selalu memiliki kesadaran akan indonesia yang lebih baik) dalam muatan artikel tersebut tergambar momen-momen gerakan kaum muda di sepanjang sejarah indonesia.

Dimulai dari tahun 1908 mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA mendirikan Boedi Oetomo, wadah perjuangan pertama di Indonesia yang memiliki struktur organisasi modern, pada tahun 1928 Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia mendorong ide persatuan dan melahirkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928, tahun 1945 angkatan muda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dan mendesak proklamasi kemerdekaan segera dilakukan.

Tahun 1966 gelombang aksi mahasiswa melalui tiga tuntutan rakyat (Tripura) berbulan-bulan memprotes Partai Komunis Indonesia dan kabinet Soekarno, mahasiswa berperan penting dalam berdirinya Orde baru. 1970-an kritik orde baru mulai bermunculan, diantaranya seruan golput pada pemilu 1972, demonstrasi yang berujung pada kerusuhan pada januari 1974 dan aksi-aksi yang berujung pada pendudukan kampus-kampus oleh militer pada tahun 1978, terakhir pada tahun 1998 aktivis mahasiswa menuntut reformasi dan dihapusnya KKN (Korupsi, kolusi dan nepotisme) lewat pendudukan gedung MPR/DPR, ribuan mahasiswa memaksa Soeharto turun dari jabatan.

Namun menjadi pertanyaan besar saat ini di kondisi sekarang, bagaimanakah generasi muda saat ini harus melihat perubahan yang terjadi dimasa depan dan gerakan seperti apa yang harusnya dilakukan pemuda saat ini? perlu kita sadari hari ini, bahwa skema dan cara main pergerakan dulu dengan sekarang ini jauh berbeda dan tantangan perubahan nya juga jauh berbeda. Jika dulu dalam proses pasca kemerdekaan pergerakan pemuda dikemas sebagai kontrol sosial dan ujung tombak masyarakat untuk mengkritik kebijakan pemerintahan yang menyimpang.

Namun di kondisi sekarang perjuangan pergerakan itu jauh lebih berat dan tugasnya terus bertambah, karna selain sebagai kontrol sosial masyarakat dalam mengawasi kebijakan pemerintah yang menyimpang, generasi muda saat ini juga dituntut untuk terus bisa tegar berjuang dan tak tertinggal oleh kemajuan zaman.

Era perubahan yang serba digitalisasi ini memang membuat semua nya berubah. Bahkan dalam kritikan yang dulu nya bersifat langsung seperti demo terbuka dan lain sebagainya. Kini dengan munculnya era modernisasi yang serba digitalisasi, pergerakan melalui media sosial bahkan dapat menjadi senjata yang lebih masif dan efektif untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Namun kondisi paling sulit untuk generasi muda saat ini adalah melawan diri agar tak tertinggal oleh kemajuan zaman.

Bonus demografi adalah babak baru dimulainya perjuangan generasi muda untuk menentukan kondisi negara kita dimasa depan. Efek perubahan dari munculnya Bonus demografi yang sudah mulai terasa, menjadi pisau bermata dua antara munculnya peluang kemajuan atau pun ancaman kemunduran dalam menyongsong perubahan era baru yang akan terjadi di negeri ini.

Dengan munculnya bonus demografi yang secara artian makna berarti kondisi dimana munculnya populasi usia produktif lebih banyak dari usia non produktif. Kata bonus ini harusnya selalu dikaitkan dengan istilah yang bersifat positif atau artian lainnya dapat menjadi keuntungan, hadiah dan sebagainya. Namun dalam artian bonus demografi kali ini mungkin sedikit agak berbeda karna memiliki artian lain yakni bak pedang bermata dua. Antara keuntungan, namun jika tidak dimaksimalkan keadaan ini berpotensi dapat merugikan bangsa dan negara kita.

Diperkirakan menurut BPS. Pada tahun 2030, indonesia akan berada pada puncak bonus demografi, dimana proporsi usia produktif atau angkatan kerja mencapai 70% dari seluruh populasi. Suplai angkatan kerja yang melimpah yang sudah dimulai dari tahun 2020 dan diprediksi memuncak hingga sampai 2035 nanti akan sangat berpengaruh bagi kelanjutan bangsa dan negara kita kedepan. Sekarang saja tekanan dari adanya bonus demografi sudah mulai kita rasakan, dengan berlimpahnya penduduk usia produktif ini, kita seakan di dorong bersaing satu sama lain baik untuk meningkatkan kompetensi, mendapat pekerjaan, dan meraih masa depan yang cemerlang.

Tentunya ini menjadi potensi yang baik untuk menciptakan pertumbuhan dan perkembangan negara serta dapat memicu pertumbuhan ekonomi negara. Namun kerugian jika kesempatan ini tidak berjalan maksimal malah akan dapat menimbulkan kerugian untuk negara dan bangsa kita, seperti permasalahan ketidakseimbangan antara kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan standar kualifikasi pekerjaan yang ada. Bahkan berlimpahnya penduduk usia produktif ini, jika peluang kerja juga tidak seimbang. Maka ini juga dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran dan ujung-ujungnya kata bonus pada kalimat bonus demografi malah bukan menjadi keuntungan melainkan merugikan bangsa dan negara kita.

Tentu kita tidak mau hal tersebut terjadi di negara kita, oleh sebab itu generasi muda harus mulai berbenah untuk memastikan kondisi dimasa depan dengan adanya bonus demografi kita yakin ini dapat menjadi sebuah keuntungan. Tentunya ini juga tak cukup bermodalkan keyakinan saja, harus ada gerakan bukti untuk menyiapkan bahwa kita siap menyongsong bonus demografi ini.

Belum lagi dengan arus kemajuan yang serba digitalisasi secara tidak langsung juga telah membawa kita untuk memasuki era soecity 5.0, sehingga kita harus mengumpulkan tekad yang kuat untuk mau berusaha menyesuaikan diri dengan perubahahan zaman yang terjadi.

Kedepan dengan adanya pola soecity 5.0 berarti kita juga harus mendorong generasi muda untuk mampu mengaplikasikan teknologi canggih guna mempermudah kehidupan sehari-hari. Baik secara administratif, ekonomi, kesehatan, sosial, politik dan sebagainya.

Bahkan jika melihat negara lain banyak yang sudah memulai mengaplikasikan modernisasi pola soecity 5.0 ini untuk memudahkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentunya bagi kita untuk dapat menyesuaikan diri menuju perubahan ini, kita harus siap masuk ke peradaban baru dengan kemajuan pola intelektual nya untuk menjangkau kesiapan penggunaan teknologi. Bukan hanya generasi muda saja, namun masyarakat dan pemerintah juga mesti siap untuk beradaptasi dan memasuki babak baru menuju era baru.

 

Tulisan oleh Dwi Setiawan – Founder Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa/Presiden Mahasiswa Universitas Samudra 2021-2022/Kader HMI Cabang Langsa/ Email: dwisetiawan1998@gmail.com

Slide Up
x
adbanner