Seperti yang kita ketahui Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menggelar kongres ke-XXXII di Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar). Belum apa-apa kongres yang baru dimulai sudah diwarnai kericuhan di asrama haji Pontianak diduga akibat tidak puas dengan fasilitas yang diberikan.
Kericuhan dalam kongres HMI bukan kali ini saja terjadi, pada kongres HMI ke-28 pada tahun 2013, kader HMI ricuh dengan penjaga pelabuhan, karena kader HMI tersebut memaksa naik ke kapal tanpa membeli tiket.
Kerusuhan lainya juga terjadi ketika ada peserta kongres yang belum mendapatkan penginapan. Mereka melakukan sikap anarkis memaksa membuka kamar yang terkunci. Mambakar kasur dan memecahi kaca gedung asrama dalam bentuk protes kepanitia.
Dari kongres ke kongres HMI selalu ada kericuhan yang sama, kongres HMI yang merupakan forum tertinggi cuman mati dan terlarut dalam dinamika hitam tanpa henti, cuman sebagai alat mencari eksistensi dan juga kepentingan-kepentingan pribadi.
Forum kongres HMI jauh dari kata untuk menemukan pikiran-pikiran besar untuk membesarkan HMI demie kemajuan ummat dan bangsa. Melainkan forum HMI menjadi ajang syahwat para kader HMI dalam merebut kekuasaan.
Sehingga para kader hanya fokus mencari kekuasaan, forum kongres HMI akan diisi dengan strategi dan tahtik kecurangan demi mencapai tujuan kubu masing-masing, segala hal dan upaya dilakukan, tidak peduli hal buruk sekalipun memprovokasi setiap kader perwakilan cabang sehingga menimbulkan konflik sesama kader HMI.
Forum yang sakral sudah tidak diisi dengan orang-orang intelektual,beradap dan berakhlak lagi, sehingga produk yang dihasilkan dari setiap kongres hanya kericuhan dan kegaduhan saja, HMI bukan lagi tempat berhimpun mahasiswa islam melihat fenomena ini yang berkepanjangan HMI di isi dengan mahasiswa idiot.
Suka tidak suka kita harus menerima fakta tersebut, karena kehancuran HMI berawal dari kongres yang dilakukan, sering kali pertarungan perebutan ketua umum baru membuat HMI pecah menjadi dua kubu dan menyebabkan HMI menjadi dualisme, sehingga permasalahan ini juga akan menjalar ketingkat cabang dan komisariat.
Larut dalam konflik kepentingan yang disebabkan pengurus besar HMI akan menjalar ke akar rumput yakni komisariat adalah sebuah fakta yang tidak bisa kita bantah lagi atau nafikkan, sehingga hal tersebutlah yang membuat redupnya pengkaderan, sehingga membuat rapuh lembaga ini kian lama kian meredup.
Lemahnya pengkaderan hanya akan menimbulkan kader-kader bobrok dan idiot yang larut dalam kebesaran sejarah organisasi, kader yang selalu jualan nama senior sehingga membuatnya tidak faham lagi akan tugas pokoknya sebagai kader ummat dan kader bangsa. Stigma tersebut akan terus melekat pada kader HMI kehilangan independensi dan tidak taat pada konstitusi membuat HMI tidak bermanfaat lagi.
Bila kita melihat tujuan HMI yang tertuang dan termaktub pada pasal 4 AD HMI yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” dari sini dapat kita lihat nilai-nilai tersebut tidak ada lagi pada kader-kader HMI.
Kader HMI yang hilang semangat pemudanya tidak mampu membakar semangat perubahan dikalangan masyarakat. Kader yang sudah kehilangan kemampuan intelektualnya sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan ide dan gagasan perubahan untuk ditawarkan kepada pemerintah demi kesejahteraan masyarakat.
Kini kader HMI kompak untuk diam dan membisu, matinya gairah menuntut rezim pemerintahan , takut lapar, takut hukum, hilangnya independensi tergoda akan uang dan jabatan, sehingga kader yang diharapkan sebagai pendorong demi kemajuan ummat dan bangsa hilang.
Jadi buat apa lagi urus HMI, kalau hari ini HMI sudah jauh dari tujuan dan nilai-nilai yang ditentukan, dari pada organisasi ini menjadi alat kezaliman lebih baik HMI DIBUBARKAN SAJA, terserah kepada siapapun kader HMI se-Indonesia yang tidak suka akan tulisan saya ini, bisa kita jumpa dan berdiskusi karena anak HMI dikenal dengan Mahasiswa intelektual bukan karena Mahasiswa Premanisme dan anarkisnya.
Tulisan ini oleh Danu Abian Latif – Founder Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa / KABID PA HMI KOMISARIAT FKIP UNIVERSITAS SAMUDRA
Leave a Reply