Kehidupan politik di Indonesia memang sangat menarik untuk diikuti, terlebih pada situasi saat ini, banyak mahasiswa yang tertarik untuk terlibat langsung di dalamnya. Merujuk pada kondisi saat ini, 2024 adalah tahun panas dengan kontestasi politik, tentunya hal tersebut merambat kepada mahasiswa yang merupakan pemuda yang memiliki idealisme dalam dirinya.
Berbicara mengenai mahasiswa, maka ada label khusus yang disematkan oleh masyarakat kepadanya, yang dinilai berdasarkan tingkat intelektualitas mahasiswa yang disejajarkan dengan tingkat moralnya. Agent of change, begitulah sebutannya. Dimana mahasiswa sebagai agen perubahan dengan harapan dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Selain itu mahasiswa juga disebut sebagai Social Control, dimana mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat, bahkan ada hal yang lebih menyentuh dan istimewa dibanding itu semua yakni masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh generasi mudanya dan salah satunya mereka para mahasiswa.
Mahasiswa juga berperan sebagai moral force dan Iron Stock, dimana pembentukan moral dan cikal bakal negara saling berkaitan dengan mahasiswa. Moral force dalam artian sebagai mahasiswa harus memiliki perilaku moral yang baik dan berkualitas. Sedangkan, Iron Stock pada mahasiswa adalah ketika nantinya mahasiswa diharapkan siap dan mampu menjadi seorang pemimpin ditengah tengah krisis kepemimpinan.
Namun terlepas dari semua yang disematkan dan diharapkan tersebut, saat ini sandang yang diberikan kepada mahasiswa telah memudar dari sosok yang semula. Hal ini di dasarkan telah banyak mahasiswa yang tidak lagi menjalankan bahkan tidak tahu atau tidak peduli akan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa. Maka hal tersebut menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap mahasiswa lagi yang merupakan penyambung lidah rakyat.
Masyarakat menganggap bahwa mereka tidak akan punya lagi orang-orang yang memperjuangkan aspirasi masyarakat jika mahasiswa sudah terlibat dalam politik praktis dan telah dikotak-kotakkan oleh kepentingan politik. Hal – hal seperti ini jelas dapat merusak integritas dan kepercayaan pada Institusi perguruan tinggi.
Belakangan ini, banyak mahasiswa yang ikut terlibat dalam politik praktis. Seperti halnya keterlibatan seorang mahasiswa dalam kampanye politik, yang mana seharusnya mahasiswa mempertayakan ide dan gagasan kepada para calon pemimpin negara, justru malah ikut berkampanye dan mendukung. Sebagaimana maksud dari Politik praktis adalah sikap dan pilihan sadar untuk ikut andil dalam proses memberikan dukungan dan turut memilih dalam konteks kekuasan. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa dalam politik praktis akan selalu disertai dengan negosiasi tawar menawar atau bahkan kontrak politik antara pelaku politik dengan para calon pemilih atau kelompok calon pemilih.
Lalu apa jadinya jika mahasiswa sudah terlibat dalam politik praktis? Maka berpolitiklah diluar kampus dan tidak mengatasnamakan kampus untuk kepentingan kampanyenya, yakni dengan tidak membawa jabatan, logo, jaket almamater dan atribut yang mencerminkan seorang mahasiswa. Mahasiswa juga harus mempertimbangkan bahwa perguruan tinggi bukanlah arena atau panggung politik, melainkan sebuah Institusi akademis.
Oleh karena itu, keterlibatan mahasiswa di dalam politik praktis dapat mengganggu kepercayaan masyarakat pada institusi perguruan tinggi. Ditambah lagi, mahasiswa memiliki kerja sama yang baik dengan civitas akademik. Namun, bukan berarti mahasiswa dilarang terlibat di dalam politik. Tetapi ada cara tersendiri agar mahasiswa dapat terlibat di dalam politik tanpa menyandang gelar mahasiswa.
Lalu, sikap seperti apa yang seharusnya mahasiswa tampilkan pada masa kontestasi politik saat ini? Peran seperti apa yang seharusnya dimiliki mahasiswa ini? Apakah mahasiswa boleh menjadi sebagai alat politik seperti ini? Jika seperti demikian, lantas apakah mahasiswa dapat dijadikan agent of change?
Maka perlu disadari bahwa Insan kampus sudah seharusnya menjadi teladan berdemokrasi. Insan kampus hendaknya menjadi contoh ideal bagaimana beretika dalam kontestasi politik, maka berhati – hatilah bertindak dan bersikap jangan membawa kampus dan jabatan untuk kepentingan praktis semata.
Satria Wijaya
Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Samudra.
Leave a Reply