Bambu yang ter runcing kan siapa yang tak tahu itu sebuah tumbuhan yang berdiri tegak dan mampu menjadi simbol serta simpul perjuangan maupun pergerakan bagi para pejuang yang tak mau tanah airnya di nikmati dengan mudahnya oleh para penjajah maupun marsose.
Bagi kota Langsa bambu runcing bukan hanya sebatas senjata perjuangan akan tetapi mampu menjadi icon daerah bahkan dengan bangganya menjadi sebuah ornamen besar di lambang ataupun logo kota Langsa setelah rencong, padi dan kapas, menarik untuk didiskusikan dan di bicarakan sekaligus menjadi sebuah tulisan maupun artikel. Itu dulu muqaddimah di awal.
Kota Langsa merupakan kota pesisir yang terletak di pesisir timur pulau Sumatera dan memiliki garis pantai sepanjang 16 km. Kota Langsa merupakan kota pemekaran Kabupaten Aceh Timur dan merupakan salah satu kota otonom termuda di Provinsi Aceh setelah Kota Sabang dan Kota Subulussalam.
Wilayah Kota Langsa berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur di sebelah barat, utara dan selatan, Kabupaten Aceh Tamiang di sebelah timur dan selatan, dan Selat Malaka di sebelah utara.
Secara topografi, Kota Langsa terletak pada dataran aluviasi pantai dengan elevasi sekitar 8 mdpl di bagian barat daya dan selatan dibatasi oleh pegunungan lipatan bergelombang sedang, dengan elevasi sekitar 75 m, sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa dengan penyebaran cukup luas.
Kota Langsa terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Lama, Kecamatan Langsa Baro, dan Kecamatan Langsa Timur. dengan luas daerah 262.41 km serta jumlah penduduk 185.622 jiwa.
Sedari dulu Langsa menjadi sebuah kota yang di bangun oleh kolonial sebelum jaman pra perjuangan hal ini dibuktikan dengan berdiri kokohnya bale juang Sebelum dikenal sebagai Gedung Balee Juang, bangunan ini dinamai oleh Belanda Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel-Maatschappij Te Langsar.yang dulu menjadi kantor Bappeda dan pada tahun 2019 terfatwakan menjadi museum kota Langsa oleh pemerintah kota Langsa
Bambu runcing dalam mempertahankan kemerdekaan adalah satu berbagai cara pandang untuk memperoleh itu kota Langsa mengambil bagian untuk itu hal ini dibuktikan dengan berdirinya sebuah momen yang bernama taman bambu runcing yang berdiri kokoh dan terawat di tengah tengah kota jasa ini.
Sangat mustahil jika tak ada peristiwa sejarah yang terjadi dan tidak ada momen yang tertinggal kan kudu ada pengingat peristiwa sejarah yang besar yang terjadi seperti katakanlah tugu perjuangan pahlawan di jalan lintas Medan Banda Aceh tepatnya di kecamatan Langsa timur di desa Bukit Metuwah .
Secara historis maupun nilai sejarah yang terkandung di dalamnya kegunaan Bambu Runcing itu pertama kali di inisiasi kan oleh seorang Kyai dari Temanggung Jawa timur yang bernama Kyai Subhki dan mula awalnya adalah kekurangan senjata untuk berperang atau bahasa jaman sekarang di militer adalah Alusista
Terbentuk lah suatu ide oleh Kyai sebuah senjata yang terbuat dari Bambu lalu di runcing kan di ujungnya lalu tak sedikit para pejuang yang mengunakan racun di ujung bambu untuk memberi efek jera bagi pasukan penjajah maupun marsose . Konon katanya efek racun bisa membuat pasukan penjajah merasakan rasa sakit yang luar biasa sekaligus kematian yang sangat lama
Bambu runcing serta semangat yang terkandung mampu mewarnai serta menjadi spirit bagi daerah yang terkena efek racun kebaikan dalam diri Bambu Runcing tersebut, tak terkecuali kota yang kita cintai ini yaitu kota Langsa.
Perjalanan panjang telah mewarnai sekaligus memberikan nilai nilai yang terkandung di dalamnya dengan spirit perjuangan Bambu Runcing serta mempertahankan nilai proklamasi bagi Republik ini dalam hal ini Kota Langsa telah mampu membubuhkan sprit atau semangat para pejuang terdahulu.
Banyak ibrah ataupun pelajaran di dalamnya agar nilai dari proklamasi serta bumbu Runcing. Kita awali dulu dengan nilai perjuangan yang terkandung dalam Proklamasi dan apa kaitan nya dengan perjalanan kota Langsa dari dahulu sampai sekarang.
Nilai yang pertama Persatuan dan kesatuan barang tentu dua kata ini akan selalu terdengarkan di telinga kita di saat hari besar nasional baik itu 17 Agustus maupun 10 November tak sedikit juga yang berucap itu dengan gagahnya di saat kontekstasi politik yang di maknai secara normatif yaitu ajang untuk menyatukan ide serta gagasan untuk negara ini kedepannya dan meninggalkan semua perbedaan demi satu kata merdeka sekaligus sampai apa yang terharapkan.
Dalam hal ini kota Langsa juga mengambil peran untuk nilai itu, sebagai kota yang di bangun oleh Belanda barang tentu Langsa memiliki sifat majemuk dengan masyarakat nya serta budaya yang ada di tengah- tengah masyarakat,
Boleh di katakan masyarakat dengan karakter etnisitas yang berbeda-beda mampu hidup berdampingan dengan rukun dan damai tidak pun kita melihat gesekan-gesekan yang ada di antara berbagai suku yang ada di daerah ini. Secara umat beragama tempat ibadah berdiri tegak seperti Gereja HKBP di Kampung Jawa dan Pekong di Gampong Blang . Langsa memberi contoh yang baik serta positif untuk itu.
Nilai yang kedua yaitu keberanian dan rela berkorban yaitu Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan dalam memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.
Dalam pengertian yang lebih sederhana, rela berkorban adalah sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri yang kian di maknai sebagai mereka yang berjuang tak ada Kata takut serta selalu bersemayam jiwa-jiwa patriotis anak bangsa yang gigih berani untuk mempertahankan negara yang di cintai yang bernama Indonesia.
Agaknya tak perlu di ceritakan lagi tentang bagaimana cara pandang masyarakat Langsa mengenai semangat yang pantang menyerah serta rela berkorban cukup tugu perjuangan di bukit metuwah dan bersemayam taman makan pahlawan di jalan PTPN,
Sedikit membahas tentang Aceh dengan filosofi perjuangan yaitu Udep saree matee sjahid, kata yang singkat tapi memiliki makna yang mendalam, yang mana hidup mulia atau mati syahid begitulah arti kalau di indonesiakan beegitulah cara pandang masyarakat Aceh dan kota Langsa mengenai arti perjuangan mempertahankan daerah yang dia cintai.
Rela mati demi daerah yang dia cintai dan menganggap bahwa perang ini adalah perang sabi atau perang suci, secara genetic aceh pugoe kata penjajah sedari kecil di nina bobokan dengan syair yang luar biasa karangan tengku chik di pante kulu yaitu hikayat perang sabi, yang bunyi hikayat seperti ini kira-kira Subhanallah wahdahu wabihamdihi KhalikulbadriwallailiA’zawajallah Ulon Pujo po sidroe po, syukur keu rabbi ya aini kekamo neubri beusuci aceh muliaa.. tajak prang musoh beuruntoh dum sitre nabi yang meuungki keu rabbi keu po yang esa meuso hantem prang cit malang ceulaka tuboh rugo roh syuruga han roh rugo roh balah nuraka..
Dari dasar itulah aceh dan perlawan dua kata yang selalu ada di masyarakat aceh dan kota langsa tentunya. Bahkan Belanda mengakui itu perlu berpuluh tahun untuk belanda meredam pergolakan bangsa aceh dan lebih gilanya lagi perlu cara yang biadab untuk membuat kekacauan di aceh yaitu secara kilafiyah karena belanda sadar merendam aceh tak bisa dengan perang akan tetapi dengan cara yang ekstrim yaitu agama di buatalah kekacuan di dalam diri masyarakat aceh dan upaya itu berhasil.
Nilai yang terakhir yaitu sikap rela berkorban yang mana sikap ini tak perlu di ajarkan lagi bagi masyarakat langsa dan aceh pada umumnya bukan maksud untuk ingin terakui atau sombong dalam nilai historis sejarah lihat lah pada tanggal 17 juni 1948 saat sang Proklamator Soekarno datang ke Aceh dengan Meminta sumbangan kepada rakyat Aceh untuk membelikan 2 pesawat terbang dan Aceh pada saat itu sangup untuk membelikan dengan iniasi Teugku Daud Bereuh terkumpul nilai hasil kumpulan masyarakat Aceh, dengan dasar itu pesawat itu di namai dengan Seulawah Air, dan hari ini kita kenal dengan Garuda Indonesia. Tak perlu di ragukan lagi bukan tentang sikap positif aceh dan langsa kepada negeri yang kita cintai yaitu Indonesia.
Saatnya kita membahas nilai dari objek yang kedua yaitu bambu runcing apasih yang bisa kita ambil dari atau bagaimana makna yang terkandung dari senjata sederhana ini tapi kaya akan nilai sejarah serta hal positif didalamnya.
Nilai yang terkandung yaitu kecerdasan para pejuang terdahulu mampu berpikir cepat dan lugas di saat kita kekurangan alat untuk berjuang mempertahankan Indonesia yang kita cintai Kyai Subhki seperti yang penulis ceritakan di atas mampu membuat formula alternative untuk bambu runcing sebagai sarana perjuangan di lapangan dan itu di ikutkan oleh semua pahlawan di negeri ini, tak terkucuali langsa dan aceh, bagi langsa kecerdasaan sudah di uji bagi mereka yang berada di pemerintahan maupun masyarakat itu sendiri.
Bukan maksud untuk menjilat karena penulis tak ada kepentingan untuk itu kita lihat prestasi yang di hadirkan oleh pemerintah kota langsa hasil buah pemikiran serta dukungan semua pihak, pada tahun 2016 langsa mendapatkan adipura prestasi yang gemilang dengan kebersihan dan keindahan kota,
Terlanjutkan dengan berbagai prestasi yang di kenal sampai saat ini RTH yang indah hutan mangrove yang menjadi icon pesisir timur aceh di tambah dengan kota yang makin lama makin meningkatkan kemajuan ini membuktikan bahwa langsa ada nilai kecerdasan di situ baik legislative selaku pengawasan eksekutif sebagai pelaku kebijakan di tambah masyarakat sebagai penjaga dan penikmat kebijakan, Kota Langsa kompak untuk itu dan tak salah bambu runcing di jadikan logo kota langsa seperti penulis ceritakan di awal.
Selanjutnya nilai yang amat besar dari bamboo runcing adalah berani untuk tetap maju ya berani untuk tetap maju dan melawan tak terpikirkan menang atau kalah dalam menghadapi musuh terpenting kita melawan dan semangat itu perlu kita contoh bagi generasi muda, tak ada kata menyerah sebelum mencoba dan tidak ada kata getar sedikit pun lebih baik mati daripada tak merdeka selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapa pun juga ungkapan bung tomo kala itu mampu membakar sprit perjuangan seluruh pejuang baik yang di jawa maupun di Sumatra.
Aceh dengan semangat Teuku Umar nya di tambah kata-kata santainya yaitu siugeh beugeh tanyoe jep kupi di meulaboh atau ngetanyoe mati syahid yang artinya besok kita ngopi di Meulaboh atau kita mati syahid sebuah hal yang sangat tak masuk di akal tapi ini nyatanya dalam melihat musuh tak ada kata takut secuil pun walaupun hanya sebatas bambu runcing di tangan, tekad yang kuat dan melibatkan tuhan dalam hal apapun sudah cukup. Bagi para paahlawan yang berjuang di lapangan.
Itu berhasil mereka mampu mengusir penjajah dari bumi Indonesia dan 17 Agustus 1945 menjadi puncak dari yang di cita-citakan itu indonesai merdeka, atas nama bangsa Indonesia Soekarno Hatta di teks terakhir proklamasi memberikan kita pembelajaran yang luar biasa yaitu persatuan dan semangat rela berkorban akan menjadi indah dan sampai apa yang kita cita-citaa yaitu merdeka.
Pahlawan telah berjuang agar kita hidup tenang dan bebas dari belegu penjajahan, mereka telah berjuang untuk itu tinggal kita melanjutkan perjuagan mereka baik dengan karya kita maupun dengan cara yang positif begitulah cara pandang yang sebenarnya dalam mempertahankan kemerdekaan bagi kita generasi muda di Indonesia
Banyak nilai terkandung sebenarnya dalam mempertahankan kemerdekaan maupun menjaga semangat dalam ucapan proklamsi, hanya saja kita terlalu lupa bahkan 17 Agustus hanya sebatas seremonial belaka insta story terpanjang dimana-mana trending topic menjadi konsumsi itu bertahan cuman sehari dan habis dari tanggal tersebut kita kembali ke awal sibuk dengan dunia kita tanpa kita mengedukasi sejarah sedikit pun.
Masih minim kita anak muda yang mau berdiskusi tentang sejarah, padahal sejarah dengan nilai terkandung di dalamnya mampu membangkit semangat, kita dulu mampu berbicara dan bertatap muka dengan negara super power dan kita mampu sejajar dengan bangsa atau negara lain, dimana Sultan Syahir Muda yang mampu berdiplomasi dengan Ratu Belanda, dimana Agus Salim muda yang mampu menguasi 9 bahasa dan mampu bercakap-cakap di forom sebesar PBB, kita rindu anak muda seperti itu ada yang cinta dengan sejarahnya dan mengidolakan tokoh-tokoh bangsanya.
Kita perlu berbedah untuk semua lini tak hanya sebatas anak muda tapi perlu juga dari semua pihak agar nilai edukasi dan juga nilai filosofis yang terkandung dari diri proklamasi dan bambu runcing tetap ada dan akan selalu ada, begitulah cara pandang kita sebenarnya dalam mempertahankan serta menjaga negara yang kita cintai ini,
Indonesia banyak pesan di dalmnya dengan hegimoni masalalu serta semangat juang para pejuang yang rela mati demi bangsa agama dan negara terlalu sayang kalau kita lupakan ambil peran positif itu lalu kita lakukan alternative untuk bisa membangkit jiwa muda yang kian hari lupa akan kamar sejarah,
Pemerintah seharusnya membukaa ruang-ruang yang di sukai oleh anak muda seperti diskusi mengadakan perlombaan yang bergenre nasionalis serta menghadirkan tokoh untuk mengisi forum-forum seminar yang di sukai anak muda, Terkesan terlalu normative tapi ini bentuk iktiar pemerintah untuk merawat serta menjaga titik nadir para pejuang yang rela mati demi satu kata merdeka atau mati.
Kita kembali ke awal bagaimana kota langsa mampu mempertahankan nilai serta arti dari perjuagaan untuk menpertahankan kemerdekaan serta nilai besar yang terkandung didalamnya, nilai itu adalah kebersamaan langsa mampu untuk mengaktualisasi nilai besar itu, kita lihat tidak ada keributan antar ras sejak langsa hadir menjadi bagian dari 23 kabupaten kota di Aceh,
untuk pemerintahan sendiri walaupun ego sentris masih melekat tapi kedewasaan politik bagi pihak yang berjuang serta duduk di meja-meja pemerintahan baik eksekutif maupun legislative tak ada keributan yang sampai membuat heboh seisi kota langsa, lagi-lagi bukan terkesan menjilat karena penulis tidak ada kepentigan untuk itu.
Kebersamaan dalam membangun adalah hal positif serta erat kaitanya dengan kemajuan, tak mustahil nilai yang kuat ini akan di ikuti oleh daerah-daerah lain dan langsa dengan semangat kebersamaanya serta icon bumbu runcing nya mampu menjadi pilot projek untuk itu, tinggal kita mampu atau tidak menjaga ritme ini untuk beberapa tahun kedepan, pemerintah hari ini akan terganti dan kita yang akan menlanjutkan posisi-posisi yang kuat untuk itu, jawaban bukan hari ini tapi tunggu kami untuk beberapa tahun dan decade kedepan.
Anak muda emang minim pengalaman tapi dia punya harapan dimasa depan itu adalah kata kata positif bagi kami anak muda yang tak mau di angap sebelah mata maupun anak kemarin sore, anak muda memiliki andil besar dalam perjalanan bangsa dan negara ini contoh 28 Oktober 1928 sumpah pemuda.
Menyatukan gagasan bagi semua pemuda baik yang Jawa, Sumatra hingga Ambon menungkil kan ucapan yang punya pesan persatuan yaitu Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selanjutnya kita ke awal 1945 ketika golongan tua sibuk berpikir, pemuda menculik Soekarno dan Hatta hingga terjadi proklamasi. jika ranah etis di pertahankan mungkin tak terjadi 17 Agustus yang di cita cita kan. lanjutkan ke medio tahun 1998 di saat anak muda dan mahasiswa serta para politisi yang kontra kepada orde baru mengeruduk gedung MPR terjadi reformasi ke yang sejarah baru perjalan politik serta demokrasi di negeri ini, pemuda berjalan sesui jaman nya serta narasi perjuanganya.
Dengan semangat itulah di tambahah retentan sejarah yang panjang masih ada waktu bagi kita dan semua lini untuk mengambil peran yang maupun untuk mengukir perubahan besar hilangkan segala perbedaan yang ada satu visi dan kuatkan misi untuk negara yang kita cintai ini, dengan semangat bambu runcing serta nilai yang besar dalam diri Proklamsi di tambah semangat juang para pejuang dan pendiri bangsa sudah saaatnya kita bersatu padu menjaga nilai itu tetap ada di dalam hati dan ayunan langkah kita. Masih ada waktu untuk itu, pemerintah tidak bisa sendiri menjaga dan merawat negeri ini tetap utuh pemerintah butuh kita untuk satu kata satu tekad demi Indonesia yang kita cita-citakan .
Bambu runcing serta proklamasi akan selalu ada kalau kita menganggap itu ada kyai subki dan soekarno sang iniasi di tambah sang proklamator emang sudah tidak ada lagi, akan tetapi semangat dia harus kita teruskan dan jangan berhenti sampai di sini saja, begitulah cara pandang yang ideal untuk mempertahankan nilai proklamsi bagi kita rakyat Indonesia maupun kota langsa.
Dari Kota Langsa sendiri sudah mampu untuk mempertahankan semangat itu, akan tetapi tinggal konsitensi kita untuk buat itu ada dan selalu ada, ini tugas yang besar bagi kita semua pihak bukan hanya pemangku kepentingan tapi rakyat di dalamnya.
Dengan semangat mempertahankan kemerdekaan di tambah bambu runcing sebagai symbol perjuagan dan proklamasi sebagai ucapan tanda kita merdeka adalah sejarah panjang yang hasil nya sangat terasa sampai detik ini, mari sama-sama kita jaga dan rawat negeri ini dengan aksi nyata walaupun dengan gerakan kecil sedikit pun itu adalah bentuk iktiar araupun usaha kita dalam mempertahankan negeri yang kita cintai ini.
Gemah ripah long jinawi serta negeri yang Thayyibatun wa rabbun ghafur semoga itu nyata dan bukan hanya sebatas kalimat dan ungkapan para tokoh yang ada di republic ini aamin .Merdeka, merdeka dan merdeka.
Penulis tak harap banyak dalam tulisan yang alakadar ini, bagi penulis ini adalah bentuk iktiar penulis dalam ikut andil menjaga serta merawat negeri ini serta nilai dari bambu runcing dan semangat dalam diri proklamasi tersebut, penulis cuman bisa berpesan :
Mencintai tak cukup perlu pembuktian untuk itu, jangan sebatas digrahayu setiap tahunnya tapi kudu ada pergerakan serta iktiar kedepanya untuk Indonesia yang lebih baik, teruslah berbuat baik untuk negeri ini walaupun hanya sebatas kalimat yang posterkan serta terupdate di media sosial.
Tulisan ini oleh Aulia Halsa – SKM Cabang Langsa
Leave a Reply