Sembako Politikus Lebih Nyata Dari Visi Misi Nya

Sembako

Hari demi hari berlalu tahun demi tahun terlewati dan waktu demi waktu kita jalani, tak terasa sampailah di penghujung periode jabatan, desas desus politik kian terhendus, kampret dan cebong serta kubu si A dan kubu si B mulai membentuk gerbong nya masing – masing, hal ini se akan lumrah dalam pesta 5 tahunan itu , calon eksekutif dan legislatif sibuk mencari ide dan tim untuk bisa merebut atau mempertahankan kursinya.

Berita hoax mulai muncul dan janji janji manis mulai terasa, ini lah yang selalu di rasakan rakyat indonesia di setiap ujung masa periode jabatan para pembantu rakyat itu, kemudian spanduk serta baliho mulai membentang para tim sukses dari masing masing partai bergerilya ke dapil nya dan mulai mengetuk pintu rumah warga seraya tersenyum ramah sambil menanyakan KK dan KTP lalu berkata ” assalamualaikum ibuk ini ada sembako dari partai mejikuhibiniu mohon di terima sambil menyelipkan amplop, ada KTP & KK nya buk? ” dengan muka polos dan sedikit lega karna kebetulan sudah 3 hari tidak ada beras di rumah si ibu menerima dengan sangat bahagia lalu menyerahkan ktp dan kk nya sebagai syarat untuk menerima sembako.

Seharusnya menjadi tanda tanya besar untuk setiap pejabat kenapa masyarakat lebih memilih sembako mu daripada visi misimu? Hari ini mereka berfikiran sangat realistis lebih mementingkan yg ada dan nyata di depan matanya dari pada visi misi politikus 5 tahun kedepan, rasa kecewa dan bosan dibohongi inilah yang menjadi dasar dari itu semua karena harus diakui hari ini tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para politikus menurun drastis, mereka yang di anggap bisa menjadi penyambung lidah rakyat.

Pemberi 1001 solusi dari 1000 masalah justru menjadj lumbung kekacauan dan lumbung kebohongan, menurut dari survei Litbang Kompas yang diujikan kepada 506 responden di 34 provinsi, sebanyak 76,2 persen responden menjawab tidak puas dengan kinerja anggota DPR, mungkin ini juga penyebab tak acuh nya masyarakat terhadap kondisi politik di indonesia.

Keadaan politik indonesia saat ini memang sangat memperihatinkan, banyak milenial gen z maupun gen x dan sandwich generation yang acuh tak acuh terhadap geo politik indonesia hari ini, akibatnya mereka para pelaku politik kian semena-mena melegalkan berbagai macam cara untuk ambisinya, mereka tak lagi merasa bahwa mereka butuh kita namun sudah berbalik rasanya, hal ini bisa terjadi karena mudahnya kita menerima bantuan dengan 1000 maksud dari mereka, sehingga mereka bisa mengukur kapasitas kita sebagai seorang pemilih, nah ketika kita berbicara tentang konteks nya hak asasi manusia banyak yang tak tau hak hak politiknya.

Padahal setiap manusia memiliki 3 hak politik masing-masing, 1 hak untuk memilih, 2 hak untuk dipilih kemudian 3 hak untuk berpartisipasi dalam setiap kebijakan kebijakan. hari ini rakyat indonesia khususnya gen z hanya menggunakan 2 hak politiknya yaitu memilih dan dipilih, padahal point ke 3 jauh lebih penting untuk masa yang akan datang.

Ketidakpedulian serta ketidaktahuan terhadap politik lah yang mengakibatkan gen z tak peduli dengan hak ke 3 nya sebagai warga negara, karna seharusnya sedini mungkin digaungkan dan disosialisasikan tentang politik, karna buta yang paling buruk adalah buta politik, kalo kalian masih berfikir bahwa kalian tidak harus paham politik dan masih tidak mau perduli dengan politik maka jangan heran jika 10 atau 20 tahun lagi negara ini akan menjadi negara otoriter.

Banyak dari kita gen z yang merasa pertarungan ini itu pertarungan elite, pertarungan tingkat atas dan ga ada untung nya buat kita sama sekali, kalian salah besar, justru dari mulai kita bangun tidur sampai kita tidur lagi itu justru tergantung kepada kebijakan politik itu sendiri, maka dari itu milenial harus berperan banyak dalam pengambilan kebijakan-kebijakan di sistem politik, semua itu ga akan berjalan kalo milenialnya aja ga acuh sama sistem politiknya.

Sebagai generasi milenial dan warga negara Indonesia harusnya kita paham dengan kondisi negeri kita hari ini, jangan diam, jangan apatis karena kalo kita apatis kita sendiri yang akan kena getahnya, maka dari itu mari sama sama kita mulai mengenal politik dan mari sama sama mulai mencari tahu seberapa berharga nya suara kita, yang merasakan hidup 30 sampai 40 tahun lagi itu kita para generasi z maka mari jadikan hari ini sebagai bibit unggul untuk menciptakan pohon yang berkualitas di kemudian hari.

Slide Up
x
adbanner